Rabu, 02 Maret 2011

OPOSISI DI MASA KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

OPOSISI DI MASA
KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

  1. Khalifah Usman Bin Affan
Khalifah ketiga (memerintah 644 – 656) dan sahabat yang berjasa pada periode-periode awal pengembangan Islam, baik pada saat Islam dikembangkan secara sembunyi-sembunti maupun secara terbuka. Ia dijuluki juga dengan Dzu Nurain (memiliki Dua Cahaya) karena ia menikah dengan dua orang putri Nabi Muhammad SAW yang bernama Ruqayyah dan Ummu Kalsum.
Sebelum masuk Islam, Usman bin Affan dikenal sebagai pedagang besar dan terpandang, kekayaannya berlimpah ruah. Ia memeluk Islam atas ajakan Abu Bakar As-Siddiq. Setelah memeluk Islam, dengan penuh kerelaan ia menyerahkan sebagian besar hartanya bagi kepentingan perjuangan Islam.
Pengangkatan Usman bin Affan menjadi Khalifah berlangsung secara baik setelah diadakan musyawarah diantara para sahabat dirumah Abdurrahman bin Auf. Pelantikannya dilangsungkan pada hari ketiga setelah wafatnya Umar bin Khattab.1

  1. Masa Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan
Pemerintahan Usman bin Affan berlangsung dalam dua periode, yaitu periode 6 tahun kedua. Periode 6 tahun pertama ditandai oleh berbagai keberhasilan dan kejayaan. Sedangkan periode 6 tahun kedua ditandai oleh perpecahan yang tergambar dalam berbagai pergolakan dan pemberontakan dalam negeri.
Perjalanan roda pemerintahan tahun-tahun pertama dilaksanakan oleh Usman bin Affan sesuai dengan kebijakan yang telah ditempuh oleh pendahulunya. Suatu pesan yang disampaikan Umar bin Khattab kepada Usman adalah bahwa wali-wali (gubernur) yang diangkat oleh Umar selama jangka waktu setahun jangan dimutasikan. Peran ini didasarkan atas kekhawatiran akan terjadinya kegoncangan dan gangguan stabilitas keamanan dan ketentraman bagi khalifah sendiri.
Setelah satu tahun berlalu, pesan yang disampaikan Umar bin Khattab dipatuhi dan dilaksanakan oleh Khalifah Usman. Selanjutnya iapun mengubah kebijaksanaannya dengan memutasikan hampir semua pejabat yang telah dikukuhkan sebelumnya. Adapun pejabat baru yang diangkat untuk menggantikan pejabat lama berasal dari keluarganya.
Pengangkatan beberapa pejabat yang berasal dari kaum keluarganya telah menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat di beberapa wilayah. Reaksi tersebut tak dapat dibendung Khalifah dan pemerintahan pusat di Madinah.
Sejak Usman bin Affan diangkat menjadi Khalifah, banyak pula permasalahan kebijakan perbendaharaan negara yang muncul. Menurut Usman, Khalifah mempunyai wewenang menggunakan kekayaaan umum kaum muslimim. Karena itu, Khalifah menggunakan kekayaan negara bagi pemenuhan kepentingan kemaslahatan umum, baik keluarga maupun dirinya sendiri.2

  1. Peristiwa Terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan
Usman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode, pada periode pertama ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan politik berbalik mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti, petisi dan intrik merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari Jum’at, tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Usman sedang membaca Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah.
Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Usman, nampaknya berawal dari sistem kepemimpinan Khalifah Usman sendiri yang dinilai tidak adil dan tidak bijaksana. Diketahui bahwa selama Usman berkuasa, ia banyak mengangkat kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya mengangkat pula orang-orang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara. Marwan telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya, sedangkan Usman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung jawab atau menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama Hisyam paman Usman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan. Hisyam misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah. Oleh karena itu ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah. Tetapi pada zaman Usman, ia bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi hadiah seratus ribu mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara Marwan diangkat sebagai sekretaris negara.
Selain itu Usman mengangkat pula Muawiyah sebagai gubernur di Siria, dan Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah dikenal sebagai musuh Rasululloh yabng paling gabnas pada perang Uhud. Sedangkan Abdullah bin Sa’ad pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah pada saat ia menjadi sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi kedudukan oleh Usman.3
Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa kematian Usman, disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut :
    1. Usman tertalu baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para pejuang angkatan pertama dari kalangan kerabatnya.
    2. Usman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun hal demikian tidak berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan pemerintahan kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan pemerintah yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang dapat dipercaya.
    3. Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali belum kuat keislamannya.
    4. Usman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa tidak puas.
    5. Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya kafir.
Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Usman serupa itu (nepotisme), maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Usman khususnya dan pelajran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya menyokong Usman, akhirnya berpaling menjadi lawannya.
Sementara itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayaj kekuasaan Usman berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah kekuasaan Usman berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut kurang diperhatikan, bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan dengan itu terdapat gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang diketuai oleh Muhammad, putera Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan keberatan-keberatan kepada khalifah Usman. Menghadapi huru-hara dan gejolak politik seperti itu, Usman pernah meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib dan Ali mengatakan kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan segala usul dan protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali tidak ia hiraukan. Dari pihak Usman malah mengirim surat kepada Kepala daerah di Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh toko-toko Mesir dalam perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang dari mereka berhasil menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan berhasil membunuh Khalifah Usman.
Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat peranan yang dimainkan oleh Abdullan bin Saba’ (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam). Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena kelemahan politik Khalifah Usman. 4

1 Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT.Ikhtiar Baru Aoeve, 1994 hal. 141.
2 Ibid, hal 141 -142
3 Abudin Nata, Ilmu kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal 7–9.
4 Ibid, hal 9 - 13
  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar